Rabu, 31 Oktober 2012

Peristilahan dalam Prosesi Nyadap Kawung (Sunda)


  1. Lengen Kawung, yaitu  bunga malai tanaman aren sebagai media yang mengeluarkan air nira dari pohon aren untuk disadap;
  2. Jenah, yaitu lengen kawung  yang keluar pertama kali dan disadap setelah keluarnya buah kawung (caruluk), biasanya mengeluarkan nira cukup banyak;
  3. Bungkul, yaitu bunga aren berikutnya yang disadap setelah yang pertama (jenah), dan biasanya nira relatip lebih sedikit daripada jenah;
  4. Mukaan, yaitu kegiatan  membersihkan seputaran  lengen kawung sebagai awal proses kegiatan nyadap kawung;
  5. Ninggur dan Ngayun, yaitu kegiatan rutin berupa aktivitas memukul-mukul batang bunga aren, serta                 kegiatan mengayun-ayunkan, yang dilakukan dalam waktu / interpal tertentu dan dilakukan beberapa kali;
  6. Bakhor, yaitu bunga aren sudah mulai mengeluarkan aroma wangi tertentu sebagai indikasi sudah mulai tua;
  7. Jumaregang, yaitu pada kulit bunga aren sudah mengeluarkan semacam cairan dan terlihat agak basah berminyak permukaannya;
  8. Lantis yaitu permukan kulit bunga aren terlihat sangat basah /berminyak, sebagai tanda sudah tua dan sebentar lagi mekar;
  9. Ngageret, yaitu kegiatan berupa menorehkan sayatan pada batang atas bunga aren, untuk dapat mengetahui ada tidanya nira ;
  10. Nyampak, yaitu manakala dalam torehan sayatan tadi  sudah terdapat air nira/legen, walaupun masih baru berupa tetesan-tetesan yang sedikit;
  11. Magas, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memotong batang atas malai bunga aren manakala sudah nyampak;
  12. Kekejoan, yaitu semacam pasta yang keluar dari batang bunga aren bersama nira yang mirip bubur nasi (kejo), dari  batang bunga aren yang sudah di pagas;
  13. Lodong, yaitu ruas bambu dengan panjang tertentu, dibentuk secara sedemikian rupa dan dipergunakan untuk menampung tetesan air nira;
  14. Neang, yaitu kegiatan mengambil nira dari pohon aren yang disadap, dan kegiatan ini dilakukan dua kali sehari yaitu pada  pagi dan sore hari;
  15. Legen, yaitu nira yang baru diambil dari pohon aren dan belum di masak, dan kalau di biarkan tidak dimasak  akan segera basi / masam, kecuali disimpan  dalam lemaari es;
  16. Muput, yaitu proses  kegiatan pengasapan lodong, dan berfungsi sebagai bahan pengawet agar nira yang tertampung di dalam lodong tidak cepat basi / masam;
  17. Ngasaken, yaitu kegiatan  memasak air nira, agar mengental dan dapat dicetak menjadi gula merah / gula kawung;
  18. Wedang yaitu air nira yang sudah mengalami proses pemasakan sampai mendidih, dan kalau di biarkan tidak menjadi masam;
  19. Mepes, yaitu memasukan bahan tambahan berupa material/berminyak atau minyak yang dapat berfungsi sebagai katalis yang myebabkan saat nira sudah terjadi penguapan maksimal/mengental, nantinya tidak cepat mengeras/kering sebelum dicetak;
  20. Duga, yaitu  mengetes tingkat kematangan dalam kegiatan ngasaken, dengan cara mengambil cairan nira yang sudah mengental dan memasukannya ke dalam air dingin, dan apabila sudah mengental/menggumpal di dalam air dingin berarti sudah matang/kolot;  
  21. Ngaguis, yaitu kegiatan mengaduk-aduk nira yang sudah mulai mengental, dengan maksud untuk membantu proses mempercepat penguapan,
  22. Nitis, yaitu kegiatan mencetak nira yang sudah dimasak dan mengental/kolot, dan masih lembek serta masih panas untuk menjadi gula kawung;
  23. Paros, yaitu istilah untuk gula yang sudah dikemas/dibungkus dengan daun kepala kering;
  24. Baley, yaitu air nira yang sudah di masak tapi tidak mengental sempurna sebagai akibat air nira yang masam yang disebabkan kurang muput atau akibat lainnya dan ini kerap terjadi;
  25. Nama Alat yang dipergunakan dalam kegiatan nyadap kawung:
  • Peso Sadap, yaitu pisau khusus untuk kegiatan nyadap, berupa sebilah pisau agak pendek namun lebar dan pipih serta  sangat tajam;
  • Sigai, yaitu batang bambu dan memiliki pijakan, yang diletakan dan diikat ke batang aren sebagai alat bantu penyadap untuk memanjat;
  • Tali Aisan, yaitu berupa seutas tali yang kuat dan  dililitkan longgar ke batang aren dan berpungsi sebagai pengaman bagi penyadap saat melakukan aktivitas menyadap di atas pohon aren;
  • Kancah; yaitu kuali yang agak besar/besar untuk memasak/menjerang air nira agar mengental menjadi bahan gula;
  • Sosodok, yaitu alat untuk mengaduk dan mengkat bahan gula dari kancah ke ganduan; 
  • Ganduan, yaitu alat untuk mencetak gula dan dapat berupa lilitan bilah bambu tipis.
  • Panitis, yaitu alat untuk mengarahkan gula cair panas yang  diangkat dari kancah  dengan sosodok kedalam ganduan, dan diletakan di tengah ganduan yang akan diisi.
26. Bahan yang di pergunakan:
  • Untuk Membalur Saat setelah digeret biasanya dipergunakan lumatan dari  pohon pacar tere dan lainnya, kaworo dan berfungsi supaya mempercepat keluar kekejoan.
  • Untuk mepes biasanya dipergunakan bahan-bahan seperti kacang-kacangan yang berminyak, kelapa atau minyak goreng  dan margarin;
  • Untuk menetralisir supaya tidak baley biasanya dipergunakan kulit pohon manggis, namun mengakibatkan warna gula agak kehitaman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar